Laman

Friday, August 30, 2013

Iman Yang Kokoh (Daniel 3: 13-18)

Daniel 3: 13-18; Kis. 17: 22-28
Dalam sejarah gereja pada segala abad kita dapat mengetahui bahwa begitu banyaknya tokoh-tokoh yang memperlihatkan semangat penginjilan bahkan harus martir dalam pelayanannya. Dalam hal ini kita sangat mengapresiasi bagaimana mereka mampu untuk mempertahankan iman dan juga memiliki semangat yang kuat dalam kondisi dunia yang belum mengenal Yesus dan juga di dalam penolakan kepada orang-orang yang percaya ketika itu.
Pada pembahasan nats kita kali ini dari Daniel 3: 13-18, bahwa Sadrakh, Mesakh dan Abednego (SMA) dicampakkan kedalam perapian yang menyala-nyala karena

Thursday, August 22, 2013

Yesaya 58: 9b-14 Ibadah Yang Berkenan Kepada Tuhan

Bacaan Firman Tuhan: Yesaya 58: 9b-14; Lukas 13:10-17
Dalam konteks nats ini dapat dilihat bahwa nubuat akan kedatangan Mesias dalam hal penghiburan kepada umat akan segera dihadirkan. Keselamatan itu hanya bagi umat yang mau meninggalkan kemunafikan dan bagi umat yang menjalankan ibadah yang benar. Praktek peribadahan yang mereka lakukan telah merusak kekudusan ibadah itu sendiri, mereka melakukan puasa namun sambil berbantah dan berkelahi dan menghina hukum sabat dengan melakukan urusan pada hari itu sehingga menghilangkan makna ibadah dan puasa yang sesungguhnya. 

Dalam Lukas 13:10-17 Tuhan Yesus telah menentang kekakuan pelaksanaan hari sabat namun sabat itu adalah menghormati kekudusan Tuhan dengan melakukan kehendak Tuhan dengan melakukan pelepasan. Martin Luther mengatakan bahwa Firman Tuhan adalah harta yang menguduskan segala sesuatu, bahwa segala sesuatu yang kita lakukan baik perkataan maupun perbuatan yang di dasarkan pada Firman Allah adalah hal kudus di hadapan Allah.

Thursday, August 1, 2013

Anugerah Allah Dalam Persekutuan ( 1 Petrus 3: 8-12)

Bacaan Firman Tuhan: 1 Petrus 3: 8-12; Mazmur 34: 12-23
Sifat egois yang hanya memikirkan diri sendiri dan tidak mau menaruh hati kepada orang lain adalah sifat yang dapat merusak persekutuan. Ketika memasuki suatu persekutuan maka kita menjadi bahagian dari orang lain yang lebih di tonjolkan bukan lagi “aku” melainkan “kita”. 

Pengembangan rohani secara egois yang hanya mementingkan hubungan dengan Allah namun mengabaikan hubungan dengan Allah melalui sesama akan menjadi jemaat yang hanya mengharapkan berkat dan tidak lagi pemberi berkat. Dalam hal ini Petrus mengingatkan kita bahwa dalam persekutuan itu ada timpal balik yang tidak terlepas antara memberkati dan memperoleh berkat itulah persekutuan yang berdampak baik bagi diri kita sendiri, sesama dan kepada orang lain yang ada di sekitar persekutuan kita. Namun kenyataan yang terjadi bahwa persekutuan kita hanya disibukkan dengan permasalahan internal di dalam persekutuan itu bahkan persekutuan itu sendiri tidak menjadi berkat bagi lingkungan sekitarnya malah sebaliknya menjadi persekutuan yang membawa ketidaknyamanan linkungan. Hal ini menjadi perhatian kita terlebih ketika persekutuan itu adalah minoritas di tengah-tengah lingkungan.